Laman

Selasa, 09 Oktober 2012

Inikah Konsep Baru Kereta Layang Hutama Karya?

  Terhadang kendala nilai investasi yang sangat besar, PT Hutama Karya mulai mencari akal untuk mewujudkan mimpinya membangun kereta layang Bekasi-Semanggi.

Menggunakan lahan milik PT Jasa Marga Tbk, Hutama Karya kini muncul dengan ide baru membangun kereta layang dengan sistem light rail transit (LRT). Sistem yang masih dalam pengkajian ini dianggap lebih murah dengan investasi lebih kecil.

Direktur Utama Hutama Karya, Tri Widjajanto Joedosastro, menjelaskan, perubahan konsep kereta layang itu dilakukan untuk mengurangi nilai investasi dan tarif yang akan dikenakan kepada penumpang.

Pengurangan nilai investasi kemungkinan bisa dilaksanakan mengingat pembangunan LRT ini menggunakan konstruksi yang lebih ringan daripada membangun MRT.

Dengan konsep baru ini, kereta yang akan digunakan berukuran lebih kecil dibandingkan MRT. Efeknya, penggunaan dana investasi untuk pembangunan LRT ini akan menjadi lebih kecil.

Mengutip laman uitp.org, milik International Association of Public Transport yang berisi otoritas dan operator transportasi publik, LRT adalah sebuah sistem transportasi elektrik yang bisa dikembangkan mulai dari model trem hingga sistem angkutan cepat (rapid transit sistem) di atas jalur sendiri.

Light transit selama ini diasosiasikan dengan sebuah sistem di mana peran dan kinerjanya berada di antara transportasi konvensional menggunakan jalur bebas hambatan dan angkutan massal modern. Sistem LRT dianggap lebih fleksibel dan mudah dikembangkan, karena bisa dibangun di bawah, permukaan, bahkan di atas jalan raya.

UITP menjelaskan, LRT sebenarnya merupakan pengembangan dari moda transportasi trem yang pertama kali beroperasi sekitar pertengahan abad 19. Seiring penemuan listrik, moda transportasi ini semakin populer di sejumlah kota besar di Eropa.

Sayang, setelah Perang Dunia II, sistem transportasi ini mulai banyak digusur di beberapa kota. Kala itu, para ahli berpikir untuk membangun kota yang ramah terhadap mobil.

Namun, beberapa kota masih berupaya mempertahankan sekaligus mengembangkan sistem transportasi trem ini, karena tidak sanggup membangun sistem transportasi metro. Elemen penting dari strategi yang diterapkan adalah mengurangi tingkat kemacetan dari kendaraan bermotor.

Terbukti, modernisasi yang dilakukan mereka dianggap telah berhasil. Terlebih lagi, penghematan biaya bisa diperoleh dari sistem yang lebih modern ini.

Kini, lebih dari 400 sistem LRT telah beroperasi di seluruh dunia. Sebanyak 60 sistem LRT sedang tahap konstruksi dan 200 lainnya masih dalam proses perencanaan.

Eropa merupakan kawasan dengan sistem LRT terpadat dengan 170 sistem dan lebih dari 100 unit yang sedang tahap konstruksi serta perencanaan. Kini, kawasan Amerika dan Asia mulai menunjukkan geliat pembangunan transportasi menggunakan sistem LRT itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar